
Percepatan Penanganan Darurat Erupsi Gunung Ibu, BNPB Pasang Rambu Bahaya dan Lanjutkan Evakuasi
Writer: Redaksi TVRINews
TVRINews, Halmahera Barat
Proses penanganan darurat erupsi Gunung Ibu terus berlanjut, dengan Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, Raditya Jati, terjun langsung untuk memantau pemasangan rambu zona bahaya di Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, pada Sabtu, 18 Januari 2025.
Pemasangan rambu dilakukan di beberapa lokasi yang berada dalam radius bahaya, guna mengingatkan warga agar tetap waspada.
Raditya didampingi jajaran BNPB dan Dandim 1501/Ternate selaku Komandan Posko, turut serta dalam pemasangan rambu yang berfungsi untuk memperingatkan masyarakat bahwa mereka berada di zona bahaya.
"Kita pastikan bahwa desa-desa yang direkomendasikan untuk dievakuasi dipasang rambu, baik berbentuk baliho yang menunjukkan zona bahaya dan mengingatkan agar tidak memasuki area tersebut," ujar Raditya.
Raditya menjelaskan bahwa target pemasangan rambu di enam desa ditargetkan selesai pada hari itu juga.
"Harapannya masyarakat dapat memahami bahwa mereka sedang berada di zona bahaya," imbuhnya.
Selain pemasangan rambu, evakuasi juga terus dilakukan secara paralel.
Raditya juga memastikan bahwa sirine peringatan di Desa Sangaji Nyeku berfungsi dengan baik.
"Kami juga memastikan sirine di titik-titik wilayah desa berfungsi, karena sirine ini berbasis informasi dari hulu," jelasnya.
Setelah pemasangan rambu, Raditya melanjutkan dengan meninjau desa-desa yang perlu dievakuasi, dimulai dengan Desa Tuguis di Kecamatan Tabaru.
Di sini, ia berdialog langsung dengan masyarakat untuk memastikan mereka bersedia pindah ke tempat pengungsian yang lebih aman.
"Secara bertahap, silakan warga untuk menuju tempat pengungsian," ujar Raditya.
Selanjutnya, Raditya mengunjungi Desa Todoke di Kecamatan Tabaru, tempat di mana proses evakuasi sedang berlangsung.
Ia juga sempat berbincang dengan tenaga kesehatan yang sudah disiapkan di lokasi pengungsian, hingga seluruh warga berhasil dievakuasi.
Raditya melanjutkan pemantauan ke lokasi pengungsian di SMK Akesibu, yang telah menyediakan fasilitas kesehatan, dapur umum, dan tempat tidur bagi para pengungsi.
Seiring dengan berlangsungnya evakuasi, jumlah pengungsi terus bertambah. Kolonel Arm Adietya Yuni Nurtono, selaku Komandan Posko yang memimpin evakuasi, menyatakan bahwa sekitar 200 pengungsi telah dievakuasi dari desa-desa yang terdampak.
Hingga Sabtu (18/1) pukul 16.00 WIT, data Pos Komando Penanganan Darurat Bencana Gunung Ibu mencatat total 184 Kepala Keluarga (KK) atau 404 jiwa telah diungsikan. Pos Pengungsian yang menerima pengungsi antara lain:
- Pos Pengungsian Kantor Desa Tongute Sungi, menerima warga Desa Borona (10 KK/21 jiwa)
- Pos Pengungsian Gereja Tongute Sungi, menerima warga Desa Sangaji Nyeku (90 KK/226 jiwa)
- Pos Pengungsian SD Inpres Tongute Goin, menerima warga Desa Tuguis (11 KK/25 jiwa)
- Pos Pengungsian Gereja Akesibu, menerima warga Desa Togoreba Sungi (27 KK/62 jiwa)
- Pos Pengungsian SMK Akesibu, menerima warga Desa Togoreba Sungi (36 KK/50 jiwa)
- Pos Pengungsian SD Akesibu, menerima warga Desa Soasangaji (10 KK/21 jiwa)
Kolonel Adietya menegaskan bahwa personel dan kendaraan masih disiagakan di enam desa untuk memastikan kelancaran proses evakuasi.
"Kami menempatkan personel di desa-desa tersebut dan menyiapkan truk untuk proses evakuasi. Kami juga terus mendekati masyarakat agar mereka mau dievakuasi karena ini adalah rekomendasi dari PVMBG," ujar Adietya.
Ia mengimbau kepada masyarakat agar tidak ragu untuk segera mengungsi.
"Jangan khawatir mengenai rumah atau harta benda lainnya. Kami melakukan patroli di desa-desa tersebut 24 jam bergantian untuk memastikan keamanannya," pungkas Kolonel Adietya.
Editor: Redaktur TVRINews
