
Wak Herman, Tukang Becak yang Menambal Jalan Berlubang demi Keselamatan Sesama
Writer: Taufik
TVRINews, Sumatera Utara
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan yang kian keras, masih ada sosok-sosok sederhana yang diam-diam menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Salah satunya adalah Wak Herman, seorang pria paruh baya yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari menarik becak di Kota Batu Bara, Sumatera Utara.
Namun pada suatu hari, Wak Herman bukan hanya menjadi tukang becak ia menjadi simbol kepedulian, keikhlasan, dan tindakan nyata yang kini jarang terlihat.
Dengan menggunakan batu padas seadanya, Wak Herman menambal jalan berlubang di Jalan Merdeka, Kelurahan Tanjung Tiram. Tidak ada imbalan yang ia harapkan, tidak pula sorotan kamera yang ia cari.
Ia hanya ingin jalanan yang dilalui setiap hari oleh dirinya, oleh warga, oleh anak-anak yang pergi sekolah, dan para pengendara lainnya tidak lagi menjadi ancaman keselamatan.
Aksi sederhana namun luar biasa itu direkam oleh seorang warga bernama Muhamad Rifky Chandra dan diunggah ke media sosial.
Tak butuh waktu lama, video Wak Herman pun viral, mengundang banjir pujian, doa, sekaligus kritik terhadap pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas infrastruktur publik.
“Alhamdulillah, Wak. Sehat-sehat terus ya,” tulis seorang warganet yang mengaku motornya sempat rusak karena lubang yang sama.
“Dari kecil aku kenal Uwak ni. Baik orangnya, ramah, kalau ketemu di pasar pasti nyapa duluan,” kenang pengguna lain, mengingat kebaikan hati Wak Herman yang konsisten sejak dulu, dari masa becak dayung hingga kini bermotor.
Namun di balik pujian, terselip juga suara hati rakyat yang kecewa.
“Sudah hampir enam bulan dilantik, tapi satu pun jalan di kampung ini belum ada yang diperbaiki. Katanya Batu Bara Bahagia, bahagia untuk siapa?” tulis seorang pengguna bernada kesal.
Saat dikonfirmasi oleh media, Rifky membenarkan bahwa video itu diambil pada Rabu, 2 Juli 2025.
Menurutnya, Wak Herman melakukannya dengan tulus, tanpa instruksi atau bantuan dari siapapun.
Kisah Wak Herman menyentuh banyak hati, bukan karena besar apa yang ia berikan, tetapi karena tulusnya niat untuk memberi.
Ia mengajarkan bahwa kepedulian tidak harus lahir dari kekayaan, dan perubahan bisa dimulai bahkan oleh seorang tukang becak.
Di saat banyak yang hanya bisa mengeluh, ia memilih bertindak. Di saat sebagian memilih diam, ia justru turun tangan. Di tengah banyak janji, ia hadir membawa bukti.
Semoga kisah Wak Herman menjadi cermin bagi kita semua, bahwa menjadi bermanfaat bagi sesama tak selalu butuh jabatan, tapi cukup dengan hati yang peduli dan tindakan yang berarti.
Editor: Redaktur TVRINews