
Kasus TBC di Babel Capai 5.036, Dinkes Fokus Perkuat Penanganan
Penulis: Dewi Puspa Ayu Lestari
TVRINews, Bangka Belitung
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadikan pemberantasan Tuberkulosis (TBC) sebagai salah satu program prioritas dalam sektor kesehatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Babel, tercatat sebanyak 2.136 kasus TBC terjadi pada periode Januari hingga September 2024. Sementara pada triwulan pertama tahun 2025, capaian penanganan telah mencapai 22 persen dari target tahunan sebesar 90 persen.
Per 14 Mei 2025, jumlah kumulatif kasus TBC di Bangka Belitung mencapai 5.036 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.102 kasus dinyatakan telah berhasil diselesaikan melalui berbagai upaya pengobatan dan pendampingan medis.
Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Babel, Muhammad Rais Haru, menjelaskan bahwa salah satu kendala utama dalam penanganan TBC adalah kurangnya disiplin pasien dalam menjalani terapi obat.
Banyak pasien menghentikan konsumsi obat sebelum masa terapi berakhir, padahal keberhasilan pengobatan TBC sangat bergantung pada kepatuhan minum obat setiap hari hingga dinyatakan sembuh secara medis.
Dinas Kesehatan Babel sendiri telah melakukan berbagai langkah strategis, mulai dari peningkatan layanan kesehatan, penguatan deteksi dini kasus, hingga kolaborasi lintas sektor dalam rangka menekan angka penularan.
Muhammad Rais juga menambahkan bahwa upaya pencegahan TBC sebenarnya cukup sederhana. Di antaranya dengan menerapkan pola hidup sehat, melakukan investigasi kontak terhadap pasien positif untuk mencegah penularan, serta vaksinasi BCG yang wajib diberikan kepada bayi sebagai perlindungan awal terhadap penyakit tersebut.
Dengan upaya bersama dan dukungan masyarakat, diharapkan angka kasus TBC di Bangka Belitung dapat ditekan secara signifikan dan mendekati target eliminasi TBC secara nasional pada 2030.
“Kasus terbanyak tercatat di Kota Pangkalpinang, kemungkinan karena jumlah populasinya yang lebih tinggi dibandingkan wilayah lain. Tantangan terbesar kami saat ini adalah pasien TBC yang sering kali tidak menyelesaikan pengobatan atau putus obat,” ujar Muhammad Rais Haru, Plt. Kabid P2P Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Editor: Redaktur TVRINews