
Penulis: Riadatussholihah
TVRINews – Sumbawa.
Eksplorasi Ungkap Mangrove Kritis IUCN Tumbuh Subur di Sumbawa
Dua varietas tanaman bakau (mangrove) yang tergolong langka dan berada dalam kategori terancam punah secara global telah dikonfirmasi keberadaannya di Pulau Nanga Sira, yang terletak di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Jenis-jenis yang ditemukan tersebut adalah Ceriop decandra dan Scyphiphora hydrophyllacea. Keduanya merupakan bagian dari 14 jenis mangrove paling langka di dunia, diklasifikasikan sebagai kategori kritis (Critically Endangered) dalam Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Konservasi dan Ancaman Habitat
Temuan penting ini diungkap oleh Herman Some, Ketua Konsorsium Rumah Mangrove Surabaya, usai melakukan penjelajahan mendalam di kawasan tersebut. Ia menyampaikan bahwa kondisi kedua jenis mangrove yang sangat rentan ini secara fisik cukup baik.
"Mangrove jenis langka ini justru tumbuh subur di Nanga Sira. Namun, tekanan terhadap habitatnya besar, terutama akibat eksploitasi kayu untuk kebutuhan tiang rumah," ujar Herman Some, Kamis 11 Desember 2025, menekankan bahwa meskipun tumbuh baik, ancaman perusakan habitat tetap menjadi tantangan serius.
Kawasan hutan mangrove seluas 80 hektare ini telah bertransformasi menjadi destinasi ekowisata sejak tahun 2024, didukung dengan jalur pejalan kaki (tracking) sepanjang 750 meter. Herman Some, bagaimanapun, memberikan peringatan bahwa pembangunan sektor pariwisata tidak boleh mengesampingkan prinsip-prinsip konservasi.
"Ekowisata harus berbasis konservasi, pemberdayaan masyarakat, edukasi, dan ekonomi berkelanjutan. Bukan hanya menjual pemandangan alam," tegasnya.
Potensi Ekologis dan Komitmen Lokal
Selain dua jenis langka, Pulau Nanga Sira juga merupakan rumah bagi 17 jenis mangrove sejati lainnya dan belasan jenis mangrove asosiasi, menjadikannya ekosistem yang kaya. Keanekaragaman hayati ini juga didukung oleh keberadaan satwa liar seperti monyet ekor panjang dan berbagai jenis burung, termasuk raja udang.
Mangrove memainkan peran ekologis yang vital, termasuk dalam pencegahan abrasi, peredam energi gelombang tsunami, dan menghasilkan oksigen dalam jumlah besar.

Menanggapi temuan ini, Abdul Wahab, Kepala Desa Penyaring, menyatakan bahwa pemerintah desa sedang merampungkan rencana program konservasi yang lebih terarah dan intensif.
"Kami sedang merancang konservasi khusus, termasuk pemantauan rutin dan pelibatan masyarakat agar kelestarian mangrove tetap terjaga," kata Abdul Wahab.
Dengan nilai ekologisnya yang tinggi dan potensi sebagai tujuan wisata alam, hutan mangrove Pulau Nanga Sira memiliki peluang untuk menjadi percontohan konservasi berbasis komunitas di Indonesia, khususnya mengingat keberadaan dua jenis mangrove langka yang hanya ditemukan di lokasi terbatas di seluruh dunia.
Editor: Redaktur TVRINews
