
Gunung Rinjani (Foto : iStock)
Penulis: Fityan
TVRINews – Mataram
Mitigasi Bencana dan Pemulihan Ekosistem Jadi Alasan Utama Penutupan Tahunan
Otoritas Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dilaman Instagramnya secara resmi mengumumkan penutupan seluruh jalur pendakian mulai 1 Januari hingga 31 Maret 2026.
Langkah ini diambil sebagai respons atas meningkatnya risiko cuaca ekstrem dan upaya menjaga kelestarian ekosistem di salah satu destinasi pendakian paling ikonik di Indonesia tersebut.
Kepala Balai TNGR, Yarman, menegaskan bahwa kebijakan ini mencakup seluruh akses masuk resmi. Sejalan dengan pengumuman tersebut, sistem pemesanan tiket elektronik melalui aplikasi e-Rinjani akan dinonaktifkan mulai akhir Desember untuk memfasilitasi proses administrasi tutup buku Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
“Pemesanan tiket melalui aplikasi akan kami batasi hingga 28 Desember 2025 pukul 23.59 WITA,” ujar Yarman dalam keterangan resminya.
Ia menambahkan bahwa meskipun penutupan dimulai awal tahun, pendaki yang sudah memiliki tiket masih diizinkan melakukan check-in terakhir pada 31 Desember 2025, dengan batas waktu turun (check-out) maksimal pada 3 Januari 2026.
Ancaman Cuaca dan Keselamatan Publik
Keputusan ini tidak lepas dari peringatan dini yang dikeluarkan oleh BMKG Stasiun Klimatologi Kelas I Mataram. Analisis meteorologi menunjukkan adanya aktivitas bibit Siklon Tropis 93S yang diprediksi akan memicu cuaca buruk di wilayah Lombok, termasuk hujan dengan intensitas tinggi dan angin kencang yang berisiko menimbulkan bencana hidrometeorologi.
Sementara itu merujuk pada arahan dari Kementerian Kehutanan terkait mitigasi bencana banjir dan tanah longsor di kawasan konservasi. Adapun enam jalur utama yang terdampak meliputi jalur Senaru, Sembalun, Torean, Timbanuh, Tetebatu, dan Aik Berik.
"Kami mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana seperti banjir dan tanah longsor yang dapat terjadi secara tiba-tiba akibat cuaca ekstrem ini," jelas Yarman.
Pengawasan Ketat Jalur Ilegal
Selain faktor alam, aspek keselamatan menjadi prioritas utama menyusul beberapa insiden fatal yang terjadi sepanjang tahun 2025, termasuk kecelakaan yang menimpa warga negara asing. Kantor SAR Mataram menyatakan akan tetap menyiagakan personel di titik-titik strategis meskipun jalur resmi ditutup.
Kepala Kantor SAR Mataram, Muhammad Hariyadi, menyoroti risiko adanya pendaki ilegal yang kerap mencoba masuk melalui jalur tidak resmi tanpa perlengkapan standar.
"Kami tetap bersiaga di shelter evakuasi untuk mengantisipasi adanya pendaki yang masuk secara ilegal atau melalui 'jalur tikus'. Seringkali mereka tidak dibekali peralatan yang memadai, yang justru membahayakan keselamatan jiwa," ungkap Hariyadi kepada media.
Penutupan rutin tahunan ini diharapkan tidak hanya menjadi momentum untuk meminimalisir kecelakaan, tetapi juga memberikan ruang bagi flora dan fauna di kawasan Gunung Rinjani untuk melakukan pemulihan alami tanpa gangguan aktivitas manusia.
Editor: Redaksi TVRINews
