
Di Sela-sela Sidang Dewan HAM PBB, Indonesia Angkat Pentingnya Literasi Keagamaan Lintas Budaya
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Jakarta
Deputi Perwakilan Tetap RI untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan organisasi lainnya di Jenewa, Swiss, Achsanul Habib, mengangkat pentingnya literasi keagamaan lintas budaya sebagai implementasi pendidikan lintas agama, untuk mengatasi segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama yang menjadi tantangan dunia saat ini.
Hal itu disampaikannya di sela-sela Sidang Dewan HAM PBB ke-55 di Jenewa, Swiss, Selasa, 12 Maret 2024.
“Pada saat ini, peningkatan literasi keagamaan lintas budaya dan pendidikan hak asasi manusia memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang menolak segala bentuk intoleransi dan prasangka beragama,” kata Habib dalam keterangan pers yang diterima oleh tvrinews.com, Minggu, 17 Maret 2024.
Selain intoleransi, kata Habib, stereotip dan stigmatisasi negatif, anggota kelompok agama dan penganut agama di seluruh dunia juga menghadapi kebencian, diskriminasi dan kekerasan setiap hari.
“Kegagalan untuk mengatasi masalah mendesak ini akan membawa kita ke jalur yang lebih berbahaya menuju ketidakamanan dan konflik seperti yang telah diajarkan sejarah selama beberapa dekade,” ucapnya.
Habib menegaskan literasi keagamaan lintas budaya telah menjadi bagian integral dari kebijakan luar negeri Indonesia. Hal tersebut dipromosikan lewat dialog antaragama yang telah terjalin secara bilateral dengan 34 negara mitra.
Pemerintah Indonesia telah memprakarsai Jakarta Plurilateral Dialogue (JPD) pada Agustus 2023 untuk mengarusutamakan komitmen global dalam melaksanakan Resolusi Dewan HAM PBB 16/18 tentang “Melawan Intoleransi, Stereotip, dan Stigmatisasi Negatif, serta Diskriminasi, Hasutan untuk Melakukan Kekerasan dan Kekerasan terhadap Orang-orang Berdasarkan Agama atau Kepercayaan”.
Selanjutnya, pada November 2023, Kementerian Hukum dan HAM RI bersama Institut Leimena juga telah melaksanakan Konferensi Internasional tentang Literasi Keagamaan Lintas Budaya untuk mendorong masyarakat yang damai dan inklusif.
Lebih lanjut, Habib menjelaskan literasi keagamaan berarti membangun pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya perbedaan agama dan keyakinan, termasuk agama yang kita anut. Tujuannya memupuk rasa saling menghormati dan menghilangkan ketidakpedulian dan kesalahpahaman yang meningkatkan intoleransi dan prasangka.
“Kami senang Institut Leimena sebagai promotor utama literasi keagamaan lintas budaya di Indonesia dapat bergabung sebagai salah satu pendukung acara penting ini,” tutur Habib.
Editor: Redaktur TVRINews
