Penulis: Thomy Mirulewan
TVRINews, Kabupaten Kupang
Setelah sekian lama rusak dan terbengkalai, puluhan sumur Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) akhirnya mulai diperbaiki oleh Balai Besar Wilayah Sungai Nusa Tenggara II (BBWS-NT II) Kupang. Upaya ini dilakukan dalam rangka mendukung program swasembada pangan, yang menjadi salah satu prioritas utama Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo-Gibran.
Sumur JIAT yang dibangun pemerintah di sejumlah lokasi di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kabupaten Kupang, sudah tidak beroperasi selama bertahun-tahun. Akibat kerusakan mesin, para petani yang semula memanfaatkan fasilitas ini sebagai sumber irigasi terpaksa hanya mengandalkan air hujan untuk bercocok tanam, yang risikonya sering kali menyebabkan gagal panen.
“Dulu waktu awal dibangun, kami bisa tanam dua sampai tiga kali setahun. Tetapi mulai tiga sampai lima tahun terakhir ini kami sangat sulit untuk tanam. Jangankan dua kali tanam, satu kali bisa panen saja sudah bersyukur, karena air irigasi dari bendung sangat susah sampai di lokasi kami,” keluh Nyongki Binosu, salah seorang warga Desa Manusak yang ditemui di lokasi sumur JIAT yang sedang diperbaiki oleh BBWS-NT II, Selasa, 17 Juni 2025.
Nyongki menyebutkan, di lokasi mereka terdapat dua sumur JIAT yang sudah lama tidak berfungsi.
"Di sini ada dua sumur JIAT yang semua rusak, jadi kami hanya bisa andalkan air hujan, itu pun kalau hujannya bagus. Kalau tidak, kami pakai sumur milik sendiri yang dibor secara manual,” katanya.
Sebagai petani yang selama ini sangat bergantung pada sumur JIAT, Nyongki mengaku bersyukur atas penanganan yang akhirnya dilakukan pemerintah.
"Kita senang dan berterima kasih kepada Balai Sungai yang sudah memperbaiki sumur JIAT yang sudah lama rusak ini, sehingga pada musim tanam kedua ini sudah bisa kami gunakan sebagai sumber air irigasi untuk mengolah lahan kami,” katanya.
Sementara itu, Kepala BBWS-NT II Kupang melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Air Tanah dan Air Baku wilayah Kabupaten Kupang, Daud Djami, menjelaskan bahwa pihaknya telah menerima alokasi anggaran pada tahun 2025 untuk menangani sumur-sumur JIAT yang telah lama rusak.
“Dengan adanya program Bapak Presiden Prabowo untuk swasembada pangan ini, kita dapat anggaran untuk perbaikan sumur JIAT yang sudah rusak lama di wilayah NTT, termasuk di Kabupaten Kupang, dan salah satunya adalah di Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang,” kata Daud.
Ia menambahkan, dalam program penanganan sumur JIAT di Kabupaten Kupang, terdapat 10 titik sumur yang kini sedang dalam proses perbaikan.
“Khusus untuk Kabupaten Kupang, kita dapat perbaikan 10 titik sumur JIAT yang tersebar di beberapa lokasi dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Ada mesin, pompa, dan lainnya. Kalau cuma mesin, ya kita langsung cari alat atau ganti baru, tetapi kalau airnya rendah maka perlu kajian lanjutan,” jelas Daud.
Menurut standar teknis, setiap sumur JIAT dengan kapasitas 1 liter per detik mampu mengairi 1 hektare lahan, sedangkan kapasitas standar per sumur bisa mencapai 10 liter per detik.
“Standar kita itu satu liter per detik mampu untuk airi 1 hektare. Jadi kalau sampai 10 liter per detik, maka minimal 8 hektare sampai 10 hektare per sumur,” jelasnya lagi.
Daud berharap program ini terus berlanjut karena masih banyak sumur JIAT yang belum tertangani dan berada di daerah yang sangat membutuhkan air untuk irigasi.
“Harapan kita program ini berlanjut terus, karena memang masih banyak sumur JIAT kini dalam kondisi mati dan tidak bisa melayani air irigasi untuk petani. Sementara sumur-sumur kita itu berada di lokasi warga yang memang benar-benar kesulitan air irigasi meski potensi lahannya sangat besar,” tutup Daud.
Editor: Redaktur TVRINews
