
Komunitas ASEAN Perlu Memasukkan Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam Visi ASEAN Pasca 2025
Penulis: Redaksi TVRINews
TVRINews, Jakarta
Komunitas ASEAN dinilai perlu memasukkan literasi keagamaan lintas budaya sebagai bagian dari Visi Komunitas ASEAN Pasca 2025. Hal itu didasarkan kondisi Asia Tenggara yang sangat beragam baik dari sisi agama, kepercayaan, maupun budaya, sehingga perlu upaya bersama untuk menjadikan keberagaman sebagai modal sosial dalam membangun inklusivitas dan kolaborasi.
Deputi I Wakil Tetap RI untuk Perserikatan Bangsa-bangsa, Organisasi Perdagangan Dunia, dan Organisasi Lainnya di Jenewa, Swiss, Achsanul Habib, mengatakan literasi keagamaan lintas budaya sejalan dengan Pernyataan Para Pemimpin Negara ASEAN tentang Pengembangan Komunitas ASEAN Pasca 2025 yang disampaikan saat KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, 10-11 Mei 2023, yakni “untuk mewujudkan Komunitas yang inklusif, partisipatif, dan kolaboratif”.
“Apabila kita melihat ASEAN, tentu kita harus merujuk visi ASEAN Pasca 2025 yang sedang dibangun, yang mengharapkan ASEAN menjadi masyarakat inklusif dan memberikan kesempatan para anggotanya untuk berpartisipasi dan mengembangkan kolaborasi dalam berbagai hal,” kata Habib, dikutip Jumat, 26 Januari 2024.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Abdul Mu'ti, mengatakan kawasan ASEAN selama ini disebut sebagai kawasan dengan masyarakat serumpun, namun sesungguhnya memiliki berbagai latar belakang agama dan budaya yang berbeda. Itu sebabnya, perlu dibangun kedekatan lewat berbagai jalur termasuk literasi keagamaan lintas budaya.
“Pengalaman Indonesia bagaimana Program Literasi Keagamaan Lintas Budaya bisa memberikan pengembangan kompetensi guru perlu direplikasi negara-negara ASEAN,” ucapnya.
Menurut Mu’ti, literasi keagamaan lintas budaya di Indonesia berkontribusi untuk membangun toleransi otentik karena tetap memelihara pluralitas agama dan budaya masing-masing negara. Inisiatif tersebut juga bisa menjadi gerakan baru di ASEAN, sehingga kawasan ini tidak hanya lebih banyak bicara tentang ekonomi dan politik, tetapi juga masalah perdamaian dan kerukunan.
Editor: Redaktur TVRINews
